Selasa, 21 Juni 2016

ETIKA DALAM KONSELING

Kode etik merupakan seperangkat aturan atau kaidah – kaidah, nilai-nilai yang mengatur segala perilaku (tindakan dan perbuatan serta perkataan) suatu profesi atau organisasi bagi para  anggotanya. Kode etik profesi merupakan salah satu aspek standarisasi profesi BK sebagai kesepakatan profesional mengenai rujukan etika perilaku. Pekerjaan bimbingan dan konseling tidak bisa lepas dari nilai-nilai yang berlaku. Atas dasar nilai yang dianut oleh Pembimbing/konselor dan terbimbing/klien, maka kegiatan layanan bimbingan dapat berlangsung dengan arah yang jelas dan atas keputusan-keputusan yang berlandaskan nilai-nilai. Para pembimbing/konselor seyogianya berfikir dan bertindak atas dasar nilai-nilai, etika pribadi dan profesional, dan prosedur yang legal. Dalam hubungan inilah para pembimbing/konselor seharusnya memahami dasar-dasar kode etik bimbingan dan konseling. Etika konseling berarti suatu aturan yang harus dilakukan oleh seorang konselor dan hak-hak klien yang harus dilindungi oleh seorang konselor. Ada empat etika yang penting:
1.  Profesional Responsibility. Selama proses konseling berlangsung, seorang konselor harus bertanggung jawab terhadap kliennya dan dirinya sendiri.Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Responding fully, artinya konselor harus bertanggung jawab untuk memberi perhatian penuh terhadap klien selama proses konseling.
Terminating appropriately. Kita harus bisa melakukan terminasi (menghentikan proses konseling) secara tepat.
Evaluating the relationship. Relasi antara konselor dan klien haruslah relasi yang terapeutik namun tidak menghilangkan yang personal. Counselor’s responsibility to themselves. Konselor harus dapat membangun kehidupannya sendiri secara sehat sehingga ia sehat secara spiritual, emosional dan fisikal.
2. Confidentiality. Konselor harus menjaga kerahasiaan klien.
Ada beberapa hal yang perlu penjelasan dalam etika ini, yaitu yang dinamakan previleged communication.Artinya konselor secara hukum tidak dapat dipaksa untuk membuka percakapannya dengan klien, namun untuk kasus-kasus yang dibawa ke pengadilan, hal seperti ini bisa bertentangan aturan dari etika itu sendiri. Dengan demikian tidak ada kerahasiaan yang absolute.
3. Conveying Relevant Information to The Person In Counseling. Maksudnya klien berhak mendapatkan informasi mengenai konseling yang akan mereka jalani. Informasi tersebut adalah:
Counselor qualifications: konselor harus memberikan informasi tentang kualifikasi atau keahlian yang ia miliki.
Counseling consequences : konselor harus memberikan informasi tentang hasil yang dicapai dalam konseling dan efek samping dari konseling
Time involved in counseling: konselor harus memberikan informasi kepada klien berapa lama proses konseling yang akan dijalani oleh klien. Konselor harus bisa memprediksikan setiap kasus membutuhkan berapa kali pertemuan. Misalnya konselor dan  klien bertemu seminggu sekali selama 15 kali, kemudian sebulan sekali, dan setahun sekali.
Alternative to counseling: konselor harus memberikan informasi kepada klien bahwa konseling bukanlah satu-satunya jalan untuk sembuh, ada faktor lain yang berperan dalam penyembuhan, misalnya: motivasi klien, natur dari problem, dll.
4. The Counselor Influence. Konselor mempunyai pengaruh yang besar dalam relasi konseling, sehingga ada beberapa hal yang perlu konselor waspadai yang akan mempengaruhi proses konseling dan mengurangi efektifitas konseling. Hal-hal tersebut adalah:
  • The counselor needs : kebutuhan-kebutuhan pribadi seorang konselor perlu dikenali dan diwaspadai supaya tidak mengganggu efektifitas konseling.
  • Authority: pengalaman konselor dengan figur otoritas juga perlu diwaspadai karena akan mempengaruhi proses konseling jika kliennya juga figur otoritas.
  • Sexuality: konselor yang mempunyai masalah seksualitas yang belum terselesaikan akan mempengaruhi pemilihan klien, terjadinya bias dalam konseling, dan resistance atau negative transference.
  • The counselor `s moral and religius values: nilai moral dan religius yang dimiliki konselor akan mempengaruhi persepsi konselor terhadap klien yang bertentangan dengan nilai-nilai yang ia pegang.
Konseling merupakan proses bantuan yang sifatnya profesional. Setiap pekerjaan yang sifatnya profesional tentu memiliki seperangkat aturan atau pedoman yang mengatur arah dan gerak dari pekerjaan profesi tersebut. Hal ini sering disebut etika. Konselor sebagai pelaksana dari pekerjaan konseling juga terikat dengan etika. Etika merupakan standard tingkah laku seseorang, atau sekelompok orang yang didasarkan atas nilai-nilai yang disepakati. Ada beberapa aspek dalam membahas etika konseling antara lain:
  • Aspek kesukarelaan
  • Aspek Kerahasiaan
  • Aspek Keputusan Oleh Klien Sendiri
  • Aspek Sosial Budaya
Hubungan konselor dan klien adalah hubungan yang menyembuhkan. Sekalipun profesional, kita tidak boleh menghilangkan relasi personal, misalnya berelasi sebagai teman. Kita harus mengetahui batasnya. Jika relasi kita sebatas personal, kita hanya menjadi pendengar curahan hati. Relasi antara konselor dan klien tidak boleh terlalu personal yang menjadikan klien “over dependent”, atau terjadi relasi yang saling memanfaatkan. Jika demikian, mengingat konselor adalah penanggungjawabnya, ia harus menghentikan proses konseling itu. Konselor sebaiknya berhati-hati juga ketika menyikapi hubungan pribadi dengan klien. Kedekatan yang berlebihan dengan klien sering menjadikan dia sangat bergantung kepada kita. Oleh sebab itu, kita harus bisa menjaga jarak. Kita harus mengetahui tanda-tanda klien mulai bergantung kepada kita. Jika itu sudah terjadi, kita bisa tidak objektif lagi. Kita akan kesulitan dalam melihat masalah klien dan merefleksikan perasaannya ketika relasi tersebut sudah menjadi terlalu personal. Jadi, relasi yang dibangun di antara konselor dan klien haruslah bersifat terapeutik.  
Karakteristik Terapis yang Efektif
  • Beritikad baik: prihatin terhadap keadaan orang lain dan bersedia membantunya (termasuk memperhadapkan dia dengan hal-hal yang belum disadarinya).
  • Bersedia dan dapat hadir bersama klien dalam pengalaman hidupnya, entah suka maupun duka
  • Menyadari dan menerima kelebihannya bukan dengan maksud untuk menguasai atau mendominasi orang lain atau mengecilkan orang lain.
  • Menggunakan metode dan gaya berkonseling yang sesuai dengan kepribadiannya sendiri.
  • Bersedia menanggung risiko, rela menjadi contoh, dalam hal ini bagi kliennya. Bersedia disentuh secara emosional dan menyampaikannya kepada klien pada saat itu diperlukan.
  •  Menghargai diri sendiri sehingga mampu berhubungan dengan orang lain. Menggunakan kelebihannya dalam hal berhubungan dengan orang lain.
  • Bersedia menjadi contoh bagi klien dan tidak menuntut klien melakukan sesuatu yang ia sendiri tidak mampu lakukan. Dituntut kejujuran, keterbukaan, dan kesediaan mengoreksi diri sendiri.
  • Berani mengambil risiko untuk membuat kekeliruan dan berani mengakuinya pula. Bersedia belajar dari kekeliruan itu tanpa mencela diri sendiri.
  • Berorientasi pada pertumbuhan: tidak menganggap diri telah
Corey (2009) menjelaskan beberapa bahasan penting dalam etika konseling, diantaranya:
  • Etika dalam menggunakan tape recorder dalam proses wawancara. Beberapa konselor kadang tidak menggunakan tape recorder karena befikiran akan menimbulkan ketidakpercayaan dan ketidaknyamanan pada klien. Hasil rekaman wawancara yang dihasikan dapat membantu klien dalam menurunkan sedikit kecemasan yang dialaminya.
  • Adanya kecenderungan pihak tertentu untuk lebih mengutamakan perlindungan hukum terhadap klien dibanding berusaha secara baik untuk membantu mereka melewati krisis. Pada poin ini sebetulnya menegaskan bahwa sebaiknya konselor mengkomunikasikan batasa-batasan proses konseling, sehingga klien dapat memutuskan sejauh mana informasi yang akan diberikan.
  • Proses konseling yang dijalani oleh klien sebaiknya dilakukan karena kemauan klien itu sendiri, tanpa ada unsur perintah ataupun paksaan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh konselor agar klien bersedia bekerjasama dengan baik dalam proses konseling yakni menghadirkan kemungkinan-kemungkinan kepada klien akan sesuatu yang akan dicapai dalam konseling.
Sumber;
Corey, G. 2009. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. PT. Refika Aditama: Bandung.

TEKNIK – TEKNIK DASAR DALAM KONSELING INDIVIDUAL

Beberapa teknik dasar yang biasanya di gunakan dalam konseling individual antara lain:
a. Attending (perhatian/menghampiri konseli)
Attending adalah ketrampilan / teknik yang digunakan konselor untuk memusatkan perhatian kepada klien agar klien merasa dihargai dan terbina suasana yang kondusif sehingga klien bebas mengekspresikan / mengungkapkan tentang apa saja yang ada dalam pikiran, perasaan ataupun tingkah lakunya.
Contohnya posisi badan termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka serta kontak mata.

b. Opening(pembukaan)
Opening adalah ketrampilan / teknik untuk membuka / memulai komunikasi dan hubungan konseling.
Hal ini dapat berupa menyambut kehadiran klien dan membicarakan topic netral dan sebagainya.

c. Empati
Merupakan suatu cara untuk menyatakan perasaan konselor terhadap permasalahan konseli, konselor seperti merasakan terhadap apa yang di rasakan konseli.

d. Rertatement(pengulangan)
Restatement adalah teknik yang digunakan konselor untuk mengulang / menyatakan kembali pernyataan klien ( sebagian atau seluruhnya ) yang dianggap penting.

e. Refleksi
Adalah teknik yang digunakan konselor untuk memantulkan perasaan / sikap yang terkandung dibalik pernyataan konseli.

f. Clafication(klarifikasi)
Clafication ( klarifikasi ) adalah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan kembali isi pernyataan klien dengan menggunakan kata-kata baru dan segar. Contohnya pada intinya, pada dasarnya dll.

g. Paraphrasing
Merupakan teknik konselor dalam menangkap pesan yang tersirat di balik pembicaraan konseli.

h. Eksplorasi
Adalah suatu teknik / cara bagi konselor dalam menggali permasahan konseli secara lebih mendalam.

i. Konfrontasi(pertentangan)
Konfrontasi ketrampilan / teknik yang digunakan oleh konselor untuk menunjukan adanya kesenjangan, diskrepansi atau inkronguensi dalam diri klien kemudian konselor mengumpanbalikan kepada klien.

P. Interprestasi ( penafsiran )
Interprestasi adalah ketrampilan / teknik yang digunakan oleh konselor dimana atau karena tingkah laku klien ditafsirkan / diduga dan dimengerti dengan dikomunikasikan pada klien. Selain itu didalam interpretasi konselor menggali dan makna yang terdapat dibelakang kata-kata klien atau dibelakang perbuatan / tindakannya yang telah diceritakannya. Bertujuan membantu klien lebih memahami didiri sendiri bila mana klien bersedia mempertimbangkannya dengan pikiran terbuka.

j. Termination(pengakhiran)
Termination ( pengakhiran ) adalah ketrampilan / teknik yang digunakan konselor untuk mengakhiri komunikasi berikutnya maupun mengakhiri karena komunikasi konseling betul-betul telah “berakhir”.

sumber:
Prof. Dr. H Prayitno, M.Sc.Ed. Dasar-dasar bimbingan dan konseling,jakarta rineka cipta
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung, Refika Aditama. 2009

RPL Klasikal



SATUAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING
 (RPPBK)

A.     Topik Permasalahan/bahasan                   : Tumbuh kembang remaja
B.     Bidang Bimbingan                                   : Bimbingan Pribadi
C.     Jenis Layanan                                           : layanan informasi
D.     Fungsi Layanan                                        : Pemahaman dan pengembangan
E.      Tujuan Layanan yang ingin dicapai         :
Siswa dapat memahami perubahan fisik dan psikis pada saat tumbuh kembang remaja dan hal-hal yang menyertainya
F.      Sasaran Layanan                                      : kelas XII
G.     Uraian kegiatan dan materi                      :
Kegiatan awal
1.    Salam pembuka dan berdoa
2.    Presensi
3.    Memotivasi siswa
4.    Tujuan layanan
Kegiatan Inti;
Eksplorasi :
1.      Membaca buku/bahan sumber
2.      Membaca buku petunjuk
Elaborasi :
1.      Menjelaskan tentang pertumbuhan remaja
2.      Menjelaskan bagaimana menghadapi perubahan fisik pada remaja
Konfirmasi :
1.      Siswa mendiskusikan tentang tumbuh kembang remaja
2.      Menyimpulkan hasil diskusi yang dikuatkan oleh guru BK
Kegiatan Akhir
1.    Informasi kegiatan layanan lebih lanjut
2.    Memberi tugas
3.    Penutup
H.     Metode                                                     : ceramah, Tanya jawab, penugasan
I.         Tempat penyelenggaraan                         : ruang kelas
J.        Waktu Penyelenggaraan             
Waktu                                                      : 1 x 45 menit
Hari / tanggal                                           :
Semester                                                   :
K.     Penyelenggara Layanan                           : guru BK
L.      Alat perlengkapan yang digunakan         : buku modul dan alat tulis
M.   Evaluasi  dan Tindak Lanjut        :
a.    Laiseg : siswa mampu memahami pwertumbuhan pada remaja
Laijapen : Siswa mampu menerima dan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi dalam tumbuh kembangnya
Laijapang : Siswa mampu memelihara dan berperilaku sesuai dengan tumbuh kembangnya dan hal-hal yang menyertainya
b.    Layanan konsultasi bagi yang membutuhkan
                 :


Mengetahui,                                                                                        Tegal,    .................................
Ka.Sekolah                                                                                          Guru Bimbingan Konseling





--------------------------------                                                                    ------------------------------------








SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING (RPP)

Nama Sekolah                          : 
Inti Layanan                             : Pemahaman dan Pengembangan
Kelas                                          : XII
Semester/ Tahun Pelajaran     : II / 2011 - 2012
Tanggal Pelaksanaan               :
Alokasi Waktu                          : 2  x 45menit
Sumber Biaya                           : Komite Sekolah
Bidang Bimbingan                  : Kehidupan Pribadi
Jenis Layanan                          : Informasi dan Penguasaan Konten
Pokok Bahasan                        : Manajemen Stress
Indikator                                   : Memiliki kemampuan untuk mengarahkan diri kearah yang positif
Karakter                                   : Mandiri, Tanggungjawab, Cinta Damai
1. Tujuan Layanan   :
Standar Kompetensi                  :  Memiliki sikap percaya diri
Kompetensi Dasar         :  Memahami dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan
2. Tujuan Pokok Layanan     : a.  Siswa memahami pentingnya manajemen stress
                                                    b.  Siswa mampu menjadikan stress sebagai dinamika hidup
    c. Siswa mampu menyeimbangkan aspek fisik dan non fisik    dalam kehidupan      
 3.  Strategi Layanan               : Ceramah, Tanya jawab, Tugas.
 4.  Kegiatan Layanan             :
a. Kegiatan Awal          :
1) Salam pembuka dan berdoa
    2) Absensi
    3) Memotivasi siswa
    4) Tujuan layanan

b. Kegiatan Inti           : 1) Explorasi
                  a. Membaca buku modul
                                                            b. Membaca buku petunjuk
              2) Elaborasi
                     a. Menjelaskan pengertian manajemen stress 
                     b. Menjelaskan strategi mananjemen stress
                     c. Menjelaskan keuntungan manajemen stress
                            
           3) Konfirmasi
a . Siswa mampu menyampaikan strategi menghadapi stress                        
    b. Siswa mampu mengungkapkan dan mengatasi masalah yang dihadapinya
c. Kegiatan Akhir        :  1) Informasi kegiatan layanan lebih lanjut
   2) Memberi tugas yang akan datang
   3) Penutup

5. Alat/ Media/ Sumber Belajar Bahan 
a.  Alat  /Bahan      : LCD, Slide Microsoft Power Point
a.      Sumber Belajar:Modul Pengembangan Diri melalui Layanan Bimbingan Dan Konseling SMK Kelas XII
6.  Evaluasi dan Tindak Lanjut
a. Evaluasi                  
Laiseg              :   Siswa mampu memahami pentingnya manajemen stress                    
                        Laijapen          :   Siswa mampu menjadikan stress sebagai dinamika hidup
                       Laijapang         :  Siswa mampu menyeimbangkan aspek fisik dan non fisik dalam     kehidupan
b. Tindak Lanjut       : Pemantauan perkembangan sikap dan tingkah laku siswa    
                                               
Tegal, ....................................
Mengetahui                                                                                         Perencana kegiatan layanan,
Kepala Sekolah,                                                                                  Guru BK,                   



.............................................                                                               ..............................................
aaaaaaaaaaaaaaaaa

Peta Kognitif



TUGAS
PETA KOGNITIF


Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah
Model-Model Konseling
Dosen Pengampu : Pramana Adi Wiguna M.Pd

 Di susun Oleh :
Febi Yanuanto
NPM : 1114500120
Semester/Kelas : IV/C

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL 
2016


 
PETA KOGNITIF

PENDEKATAN GESTALT
TOKOH

Max Wertheimer
KONSEP DASAR
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt  beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
ASUMSI PERILAKU BERMASALAH
    a. Individu bermasalah karena terjadi pertentangan antara kekuatan “top dog” dan keberadaan “under dog”
· Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut, mengancam
· Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.
   b.  Perkembangan   yang terganggu karena terjadi ketidakseimbangan antara apa-apa yang harus (self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self) 
      c. Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis
     d. Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
      e.  Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang
      f. Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi

TUJUAN
Tujuan utama :
     1.  Membantu klien berani menghadapi tantangan dan kenyataan yang harus dihadapi.
   2. Klien dapat berubah dari ketergantungan terhadap   lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya.
Tujuan spesifik :
      1.      Membantu klien agar dapat memper-oleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta menda-patkan insight secara penuh
      2.    Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya
    3. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself)
     4.   Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik
HUBUNGAN TERAPI
Hubungan terapis dan klien dalam praktek terapi Gestalt yang efektif yaitu dengan melibatkan hubungan pribadi-ke-pribadi antara terapis dan klien. Pengalaman-pengalaman, kesadaran, dan persepsi-persepsi terapis menjadi laatar belakang, sementara kesadaran dan reaksi-reaksi klien membentuk bagian muka proses terapi.
TEKNIK-TEKNIK
Teknik Konseling Gestalt
      1.      Kursi kosong (Empty Chair)
      2.      Topdog and Underdog
      3.      “Saya Bertanggung Jawab atas…” (“I Take Responsibility for…”)
      4.      Bermain Proyeksi
      5.      Tetap pada Perasaan (Staying with the Feeling)
      6.      Pembalikan
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan
  1. Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan ke saat sekarang.
  2. Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.
  3. Terapi Gestalt menolakk mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.
  4. Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna dan penafsiran-penafsiran sendiri.
  5. Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah klien.
Kelemahan
  1. Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang kukuh
  2. Terapi Gestalt cenderung antiintelektual dalam arti kurang memperhitungkan faktor-faktor kognitif.
  3. Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain.
  4. Teradapat bahaya yang nyata bahwa terapis yang menguasai teknik-teknik Gestalt akan menggunakannya secara mekanis sehingga terapis sebagai pribadi tetap tersembunyi.
  5. Para klien sering bereaksi negative terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa dianggap tolol. Sudah sepantasnya terapis berpijak pada kerangaka yang layak agar tidak tampak hanya sebagai muslihat-muslihat.

PENDEKATAN REALITAS
TOKOH
William Glesser
KONSEP DASAR
     Ø  Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dasar dan dalam kehidupannya mereka berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan bertahan hidup (survival), mencintai dan dicintai (love and belonging), kekuasaan atau prestasi (power or achievement), kebebasan atau kemerdekaan (freedom or independence), dan kesenangan (fun) (Corey, 2005).Glesser (2000) meyakini bahwa di antara kebutuhan dasar tersebut kebutuhan mencintai dan dicintai merupakan yang utama dan paling sukar pemenuhannya.
     Ø  Keberhasilan individu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya akan memberikan identitas berhasil pada dirinya, sedangkan kegagalan akan pemenuhan kebutuhan dasar menyebabkan individu mengembangkan identitas gagal (Rasjidan, 1994). Individu yang memiliki identitas berhasil akan menjalankan kehidupannya sesuai dengan prinsip 3 R, yaitu right, responsibility, dan reality (Ramli, 1994). Right merupakan nilai atau norma patokan sebagai pembanding untuk menentukan apakah suatu perilaku benar atau salah. Responsibility merupakan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya tanpa mengganggu hak-hak orang lain. Reality merupakan kesediaan individu untuk menerima konsekuensi logis dan alamiah dari suatu perilaku.
     Ø  Individu, dalam kehidupan sehari-hari, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara langsung.Individu berusaha melakukan sesuatu yang dapat membuat mereka merasa nyaman.Hal ini yang disebut “kehidupan yang berkualitas” (quality world).Dunia yang berkualitas merupakan “surga pribadi” yang diharapkan setiap individu.Jadi bisa diartikan Quality World adalah cara pandang yang unik untuk memenuhi kebutuhan.Kehidupan yang berkualitas didasarkan atas kebutuhan dasar, tetapi dunia yang berkualitas berbeda dengan kebutuhan.Dunia yang berkualitas bersifat umum, sedangkan dunia yang berkualitas bersifat khusus. Agar individu dapat memperoleh dunia yang berkualitas dengan baik maka individu harus berhubugan dengan orang lain; yakni orang-orang yang dekat dengan kita dan nyaman bila didekatnya. Ada dua pokok inti dalam konseling realitas yang dijadikan sebagai titik tolak kegiatn pada konseling Realitas dalam menganalisis masalah-masalah klein, antara lain :
1.             Right : adalah kebenaran dari tingkah laku seseorang dengan standar norma yang berlaku baik itu norma agama, hukum, dan lain-lain.
2.             Reality : adalah kenyataan, yaitu individu bertingkah laku sesuai dengan kenyataan yang ada.
3.             Responbility: adalah bertanggung jawab, yaitu tingkah laku dalam memenuhi kebutuhan dengan menggunakan cara yang tidak merugikan orang lain.
ASUMSI PERILAKU BERMASALAH
Reality therapy pada dasarnya tidak mengatakan bahwa perilaku individu itu sebagai perilaku yang abnormal. Konsep perilaku menurut konseling realitas lebih dihubungkan dengan berperilaku yang tepat atau berperilaku yang tidak tepat. Menurut Glasser, bentuk dari perilaku yang tidak tepat tersebut disebabkan karena ketidak mampuannya dalam memuaskan kebutuhannya, akibatnya kehilangan ”sentuhan” dengan realitas objektif, dia tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melakukan atas dasar kebenaran, tangguang jawab dan realitas.
TUJUAN
       1.      Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri,
supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku
dalam bentuk nyata.
       2.      Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta
memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan
kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan
pertumbuhannya.
       3.      Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
       4.      Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan
pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan
menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individ  untuk
mengubahnya sendiri.
      5.      Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas
kesadaran sendiri.
HUBUNGAN TERAPIS
    Ø Konseling realita didasarkan pada hubungan pribadi dan keterlibatan antara konseli dan konselor. Konselor dengan kehangatan, pengertian, penerimaan dan kepercayaan pda kapasitas orang untuk mengembangkan identitas berhasil, harus mengkomunikasikan dirinya kepada konseli bahwa dirinya membantu. Melalui keterlibatan ini, konseli belajar mengenai hidup daripada memusatkan pada mengungkap kegagalan dan tingkah laku yang tidak bertanggungjawab.
      Ø  Kunci konseling realita adanya kesepakatan/komitmen dalam membuat rencana dan melaksanakannya. Perencanaan yang telah dilakukan oleh konseli dinilai positif  jika ditulis dalam kontrak. Dalam konseling realita ditekankan tidak adanya ampunan/ no excuses ketika konseli tidak melaksanakan rencananya.
TEKNIK
1.      Terlibat dalam permainan peran dengan klien;
2.      Menggunakan humor;
3.      Mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun;
4.      Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang
spesifik bagi tindakan;
5.      Bertindak sebagai model dan guru;
6.      Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi;
7.      Menggunakan “terapi kejutan verbal” atau sarkasme yang
layak untuk mengonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya
yang tidak realistis; dan
8.      Melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari
kehidupan yang lebihefektif.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan
    1. Karakteristik pendekatan konseling realitas secara khusus menekankan pada akuntabilitas. Aspek lain dari pendekatan konseling realitas yang disokong Corey (1985) termasuk ide-idednya yang tidak menerima alas an dari gagalnya pelaksanaan kontrak dan menghindari hukuman atau menyalahkan
Keterbatasan
     1. Di anggap terlalu sederhana dan dangkal. Di akui bahwa kritik pendekatan konseling realitas pada daerah ini. Glasser juga menyetujui bahwa delapan tahap dari pendekatan konseling realitas adalah sederhana dan jelas leebih menekankan pada praktek dan tidak pada materi yang sederhana.



PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY
TOKOH
Albert Ellis
KONSEP DASAR
    Ø  Manusia pada dasar dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif.
      Ø  Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh prasangka, sangat personal, dan irasional.Berpikir irasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat.Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
     Ø  Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
ASUMSI PERILAKU BERSMASALAH
Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional
1.    individu tidak berpikir jelas tentangg saat ini dan yang akan dating, antara kenyatan dan imajinasi;
2.    individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain;
3.    orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media.
TUJUAN
       1. Memperbaiki dan mengubah segala perilaku yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.
       2.  Menghilangkan gangguan emosional yang
merusak.
       3. Untuk membangun Self Interest, Self Direction,
Tolerance, Acceptance of Uncertainty,
Fleksibel, Commitment, Scientific Thinking, Risk
Taking, dan Self Acceptance Klien.

HUBUNGAN TERAPIS
1.      Isu hubungan pribadi antara terapis dan konseli dalam TREmemiliki makna yang berbeda dengan yang ada dalam sebagian besar bentuk terapi yang lain. Kesesuaian dengan konsep terpusat pada pribadi dari pandangan positif tanpa syarat merupakan konsep TRE pada penerimaan sepenuhnya atau toleransi. Ide dasar di sini adalah menolong konseli dalam hal menghindari sifat mengutuk diri sendiri. Meskipun konseli mungkin mengevaluasi perilaku mereka sasarannya adalah agar mereka menolak untuk menilai diri mereka sebagai pribadi, betapa pun tidak efektifnya beberapa dari perilakunya.
TEKNIK
1. Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
a. Assertive adaptive
b. Bermain peran
c. Imitasi
2. Teknik-teknik Behavioristik
a. Reinforcement
b. Social modeling
3. Teknik-teknik Kognitif
a. Home work assigments,
b. Latihan assertive
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan
1.    Rasional Emotif menawarkan dimensi kognitif dan menantang klien untuk meneliti rasionalitas dari keputusan yang telahdiambil serta nilai yang klien anut.
2.    Rasional Emotif memberikan penekanan untuk mengaktifkan pemahaman yang di dapat oleh klien sehingga klien akan langsung mampu mempraktekkan perilaku baru mereka.
3.    Rasional emotif menekankan pada praktek terapeutik yang komprehensif dan eklektik.
4.    Rasional emotif mengajarkan klien cara-cara mereka bisa melakukan terapi sendiri tanpa intervensi langsung dari terapis.
Keterbatasan
      1.      Rasional emotif tidak menekankan kepada masa lalu sehingga dalam proses terapeutik ada hal-hal yang tidak diperhatikan.
     2.      Rasional emotif kurang melakukan pembangunan hubungan antara klien dan terapis sehingga klien mudah diintimidasi oleh konfrontasi cepat terapis.
     3.      Klien dengan mudahnya terbius dengan oleh kekuatan dan wewenang terapis dengan menerima pandangan terapis tanpa benar-benar menantangnya atau menginternalisasi ide-ide  baru.
      4.      Kurang memperhatikan faktor ketidaksadaran dan pertahanan ego.


PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL
TOKOH
Eric Berne (1910-1970)
KONSEP DASAR
   ·  Analisis transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusannya pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan dalam tingkat kesadaran tertentu individu dapat menjadi mandiri dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya.
    · Menurut Eric Berne status ego adalah suatu pola perasaan dan pengalaman yang tetap, keadaan ego seseorang tidak tergantung pada umur. Oleh karena itu apapun pekerjaan/jabatan seseorang, ia tetap memiliki 3 jenis status ego.
ASUMSI PERILAKU BERMASALAH
Menolak konsep adanya sakit mental pada setiap manusia. Perilaku bermasalah hakekatnya terbentuk karena adanya rasa tidak bertanggung jawab terhadap keputusannya
TUJUAN
1.      Membantu klien untuk membuat keputusan-keputusan baru dalam mengarahkan atau mengubah tingkah laku dalam kehidupannya.
2.      Memberikan kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk memilih cara-cara serta keputusan-keputusan mengenai posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari cara-cara yang bersifat deterministic.
HUBUNGAN TERAPIS
Dalam proses konseling, konselor dan klien bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dalam kerjasama tersebut, konselor dan klien melaksanakan tanggung jawab masing-masing sebagaimana telah ditetapkan. Dalam hal ini konselor dan klien sama-sama aktif berupaya untuk mencapai tujuan konseling.
TEKNIK
Analisis Transaksional
a.    Transaksi komplementer ( melengkapi )
b.    Tran­sak sisilang ( crossed )
c.    Transaksi tersembunyi/terselubung ( ulterior )
2.     Analisis Struktural
a.    Kontaminasi
b.    Eksklusi
3.      Analisis Script
4.    Role Playing (bermain peranan)
5.      Family Modeling
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan
a.    Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah menggunakannya.
b.    Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka.
c.    Integrasi antara konsep dan praktek analisis transaksional dengan konsep tertentu dari terapi gestalt amat berguna karena konselor bebas menggunakan prosedur dari pendekatan lain.
d.    Memberikan sumbangan pada konseling multikultural karena konseling diawali dengan larangan mengaitkan permasalahan pribadi dengan permasalahan keluarga dan larangan mementingkan diri sendiri
Keterbatasan
a.    Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam analisis transaksional cukup membingungkan.
b.    Penekanan Analisis Transaksional pada struktur merupakan aspek yang meresahkan.
c.    Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif behavioral, tidak dapat di uji keilmiahannya.
d.    Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin tidak merasakan dan menghayati aspek diri mereka sendiri.


PENDEKTAN TRAIT AND FACTOR
TOKOH
Edmund Griffith (E.G.) Walter Bingham,John Darley,Donald G.Paterson, dan E.G. Williamson, tetapi tokoh yang paling menonjol dan terkenal ialah Williamson karena pandangan dan konsepnya telah banyak dipublikasikan dalam berbagai artikel,jurnal dan buku-buku. Williamson yang lahir pada tanggal 14 Agustus 1900 di Rossville, Illionis
KONSEP DASAR
Menurut teori ini, kepribadian merupakan suatu system atau factor yang saling berkaitan satu dengan lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperament. Hal yang mendasar bagi konseling sifat dan faktor (trait and faktor) adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. Pencapaian penemuan diri menghasilkan kepuasan intrinsik dan memperkuat usaha untuk mewujudkan diri.

ASUMSI PERILAKU BERMASALAH


Asumsi perilaku bermasalah / malasuai adalah individu yang tidak mampu memahami kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya sehingga individu tersebut tidak dapat mengaktualisasikan dirinya secara optimal.
TUJUAN
1.             Membantu klien agar merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan membantu klien berpikir lebih jernih dalam menghadapi masalah dan mengontrol perkembangannya secara rasional.
2.             Memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga dapat bereaksi dengan stabil dan wajar.
3.             membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia.
4.             membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir
5.             membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, tidakmampuan, dan keterbatasan diri serta membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian
HUBUNGAN TERAPIS
ersifat individual dan rahasia
      1.  Bersifat membantu konselor memusatkan perhatian kepada klien
      2. Bersifat developmental, memperhatikan masa depan klien
    3. Memperhatikan aspek afeksi yang digunakan sebagai tenaga penggerak untuk motivasi
       4.  Menekankan pada martabatnya dan harga diri individu  sebagai pribadi
    5. Memusatkan perhatian keusaha menggunakan kemampuan berfikir untuk memecahkan masalah yang dihadapi
       6. Thinking relationship
      7. Bersifat pribadi, bersahabat, akrab dan empati. Bersifat remedial dan development
TEKNIK
A. Attending.
Attending adalah perilaku konselor untuk melibatkan diri dalam proses konseling meliputi : kontak mata, kualitas suara, jejak verbal, dan bahasa tubuh.
B. Opening.
Opening adalah membuka kegiatan wawancara.
C. Acceptence
Acceptence adalah penerimaan terhadap klien.
D. Restatement dan Pharaprasing.
Restatement adalah mengulang atau menyatakan kembali sebagian pernyataan konseling yang dianggap penting.
Pharaprase adalah mengulang kalimat/ pernyataan singkat konseli secara utuh, apa adanya tanpa merubah makna.
E. Reflection of Feeling
Reflection of Feeling adalah pantualan perasaan yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan / sikap yang terkandung di balik pernyataan klien.
F. Clarification.
Clarification adalah mengungkapkan kembali isi pernyataan klien dengan menggunakan kata-kata baru dan segar.
G. Structuring
Struckturing adalah penegasan tentang batas-batas konseling itu sesungghnya.
H. Summary
Meringkas adalah suatu proses untuk memadu berbagai ide dan perasaan dalam
satu pernyataan pada akhir suatu unit wawancara konseling.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan Trait and Factor adalah
  1. Pemusatan pada klien dan bukan pada konselor
  2. Identifikasi dan hubungan konseli sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian
  3. Lebih menekankan pada sikap konselor daripada teknik
  4. Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuanitatif
  5. Penekanan emosi, perasaan dan afektif dalam konseling
  6. Bersifat rasional, logis dan intelektual
  7. Dalam keseluruhan tahap pemecahan masalah menggunakan langkah pemecahan secara alamiah
  8. Lebih condong pada penggunaan prosedur yang objektif dan menitik beratkan pada program observasi eksternal.
Kekurangan Trait and Factor adalah
  1. Konseling terpusat pada pribadi dan dianggap sederhana
  2. Terlalu menekankan aspek afektif emosional, perasaan sebagai penentu perilaku tetapi melupakan factor intelektual, kognitif dan rasional
  3. Penggunaan informasi untuk membantu klien tidak sesuai dengan teori
  4. Tujuan untuk sikap klien yaitu memaksimalkan diri dirasa terlalu luas dan umum sehingga sulit menilai individu
  5. Sulit bagi konselor untuk bersikap netral dalam situasi hubungan interpersonal.
  6. Kurang netral terhadap nilai – nilai
  7.  Memaksakan keinginan atas klien yang tidak memiliki daya
  8. Memberikan porsi yang terlalu berlebihan pada konselor dalam mengadakan konsekwensi
  9. Konselor lebih berperan aktif daripada klien